(oleh:
Ayuninda Agusandra NIM 16613202)
Nama
lengkap saya adalah Ayuninda Agusandra, tapi orang lain biasa memanggil saya
dengan singkatan ayun. Saya berasal dari Ciamis, salah satu kabupaten dan kota
di daerah Jawa Barat. Saya adalah anak pertama dari 2 bersaudara dan saat ini
adik saya masih duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar. Saya adalah salah satu
mahasiswi di Institut Teknologi Bandung.
Pada
bulan Juli tahun 2013, saya dinyatakan lulus seleksi masuk salah satu perguruan
tinggi negri di Indonesia yaitu ITB (Institut Teknologi Bandung). ITB adalah
salah satu perguruan tinggi negri yang paling diminati di indonesia. Awal mula
mendapatkan informasi bahwa saya lulus seleksi masuk ITB, saya sangat bersyukur
dan tidak percaya akan mendapatkan kesempatan menimba ilmu di ITB. Rasa syukur
saya dilengkapi dengan sikap orang tua yang mendukung anaknya untuk melanjutkan
kuliah di Bandung.
Waktu
liburan telah berakhir, serangkaian acara penerimaan mahasiswa dan mahasiswi
baru telah saya lalui. Tahapan penerimaan itu diawali dengan daftar ulang untuk
mahasiswa dan mahasiswi baru yang lulus jalur SNMPTN 2013 di Sasana Budaya
Ganesha. Hari dimana pertama kalinya saya melihat wajah – wajah calon orang sukses
yang akan seperjuangan dengan saya. Tidak lupa, semua perlengkapan kuliah dan
hidup di Bandung telah saya persiapkan dari beberapa minggu sebelumnya. Hal itu
membuat saya merasa siap untuk memulai perkuliahan di semester pertama.
Awal
mula berlangsungnya massa perkuliahan, banyak faktor luar dan dalam yang
mempengaruhi sehingga massa perkuliahan menjadi terasa lebih berat untuk saya. Faktor
luar yang membuat saya kesulitan adalah sistem perkuliahan yang padat, cara
belajar saya yang salah dan pola belajar yang harus diperbaiki. Sedangkan
faktor dari dalam diri saya yang menghambat proses belajar saya adalah
kurangnya pengalaman memanfaatkan waktu secara baik dan effektif. Pertama
kalinya hidup merantau dan jauh dari orang tua juga menjadi salah satu faktor
internal yang memecah fokus belajar saya.
Namun
seiring berjalannya waktu perkuliahan, saya menyadari beberapa faktor
penghambat yang saya sebutkan diatas. Untuk mengatasi itu, saya belajar dan
terus belajar untuk memperbaiki diri. Membenahi pola belajar dan mencari cara
belajar yang baik agar bisa lebih menghasilkan sesuatu secara maksimal. Masa - masa
sulit di awal semester itu akhirnya bisa saya lalui karena banyak bantuan dan
motivasi dari orang – orang terdekat saya seperti teman dan keluarga. Orang tua
yang bekerja keras dan selalu mendoakan di Ciamis juga menjadi salah satu
motivasi terbesar diri saya untuk menjadi seseorang yang lebih baik dari
sebelumnya.
Tanpa
terasa satu semester telah berlalu, banyak hal yang saya pelajari di beberapa
bulan terakhir ini. Kehidupan berbeda di kampus baru telah menyadarkan saya
bahwa setiap manusia harus bisa mandiri agar tercipta sikap terus bekerja keras
tanpa melupakan doa untuk mencapai apa yang diinginkan secara maksimal.
Kehidupan baru ini pula yang membuat saya menyadari betapa banyak kekurangan
yang harus saya perbaiki guna menjadi anak yang berbakti kepada orang tua.
Untuk tuhan, bangsa dan
almamater !