Minggu, April 15, 2012

layang layangku


bermain dengan layang layang
membuatnya terbang bebas namun tetap terikat tali
membuatnya sendirian namun sebenarnya itu mereka

bermain dengan layang layang
melawan angin yang bertiup
dari arah barat ke timur
maupun arah timur ke barat
tetap berat dan melelahkan

bermain dengan layang layang
mencari pelangi dengan keindahannya
menunggu matahari terbenam
menumpahkan segala keinginan untuk melihat dari jauh !

bikinan ayuninda agusandra loh :D

Minggu, April 08, 2012

“Pada Setiap Gorengan Wiwi”


durasi : 15 -20 menit
terdiri dari 5 babak dengan 10 adegan

"PADA SETIAP GORENGAN WIWI"
AYUNINDA AGUSANDRA
Tema           : Persahabatan
Tokoh Tokoh:
1.      Wiwi        berwatak tidak pantang menyerah, penyabar
2.      Rara         berwatak sahabat sejati, gigih, rajin dan pandai
3.      Sita          berwatak angkuh, mudah berprasangka
4.      Ana          berwatak mudah berprasangka, suka menghina
5.      Pak Budi berwatak keras, tegas

Babak 1:
Adegan 1
            Bell berbunyi ketika seluruh siswa di sebuah sekolah ternama mulai keluar dari kelasnya masing masing. Lapangan upacara yang sepi, serentak menjadi ramai tak terkendali. Tak berbeda dengan kelas lainnya, kebanyakan siswa siswi di kelas paling ujung pun begitu bergembira mendengar suara bel yang tak terlalu merdu itu.
Ana          : “Ra ! Ra , udah bell tuh . bilangin Pak Budi noh !
Rara         : “Bentar na, nanggung lagi seruu niih … !
Ana          : Ih , so rajin banget sih kamu , ya udah deh kamu aja sit !
Sita          : Nah loh, ko jadi aku sih ! ga mau ah .. si bapa kan dari tadi lagi sensi-an , tar yang ada, aku malah kena marah lagi . kenapa ga kamu aja na .. udah gih ayo cepet !
Ana          : Hah susah banget sih … ! (sambil mengacungkan tangan) pak maaf , jam ngajar nya sudah habis 5 menit yang lalu !
Pak Budi :Ya bapak tau , bapak kira kalian masih pengen belajar . jadi bapak ya lanjutin terus materi nya .”
SS            : “Huuuuuuu “ (ada beberapa anak menggerutu)
Pak Budi : ”Ya sudah , sudah .. karna saya pikir diantara kalian sudah ada yang ingin pulang sekarang.. jadi, silahkan bersihkan kelasnya dulu dan jangan lupa kerjakan tugas yang telah saya berikan tadi !” (sambil meninggalkan ruangan)
SS            : “Iyaa paak !”

Adegan 2
Pintu kelas di Ujung koridor pun terbuka. Satu persatu anak asuhan Pak Budi keluar dari kelas tersebut. Meskipun kepulangan mereka terlambat 10 menit dari  biasanya namun hal itu tidak lagi menjadi masalah ketika teringat bahwa keesokan harinya sekolah meliburkan proses belajar mengajar.
Rara     : “Wi , besok kan libur sekolah , kamu mau nggak dateng ke rumah ku ?”
wiwi    : “Besok pagi aku harus jualan ra, mungkin sampai siang, emang ada apa ?”
rara        : “Aku pengen belajar materi fisika yang tadi Pak Budi bahas ..aku kira kamu bisa bantu aku .. kalau sore bagaimana ?”
wiwi    : “Besok sore aku harus bikin adonan gorengan untuk dijual malam harinya … maaf ya , tapi materi itu tidak terlalu sulit untuk dimengerti kok . cukup kamu hafalkan saja rumus-rumusnya dan gunakan sedikit logikamu.”
Rara     : “Yah itu dia, aku sedikit sulit mengerti kalau belajar sendirian . Bagaimana kalau besok sore aku datang ke rumah mu ? Aku mau bantuin kamu bikin adonan dan sebagai imbalannya kamu bisa ajarin aku tentang materi fisika tadi . Bagaimana wi ? mau ya ? “ (dengan wajah memelas)
Wiwi   : “Ya sudahlah , gimana kamu aja .Besok datang saja ke rumah ku ya “
Rara     : “Makasih wiwi sayang ! Aku pulang duluan yaa  … dadaaahhh ….
Oh ia besok aku ke rumah mu sekitar jam 2 sorean ya … dadahh” (masih dengan nada gembira dan setengah berteriak meninggalkan wiwi)


Wiwi sang murid teladan, mengambil gorengan dagangannya seperti biasa dan hanya tersenyum melihat kelakuan sahabatnya tadi, ia tau bahwa semangat belajar rara begitu tinggi . Ia juga sudah terbiasa jika rara datang ke rumahnya untuk menanyakan cara menjawab soal soal yang tidak ia mengerti atau hanya sekedar datang untuk meringankan pekerjaan wiwi menjual gorengan. Tak ia pungkiri bahwa selama ini pundak Raralah yang selalu ada ketika ia dalam masalah atau pun dalam kesulitan . memang persahabatan adalah hal yang paling tulus didunia ini.

Babak 2 :
Adegan 3
Satu minggu kemudian, pergantian dari mata pelajaran bahasa indonesia pada jam ke 5-6  ke jam pelajaran fisika oleh Pak Budi …
Pak budi : “Kumpulkan tugas kalian sekarang juga.Kemudian keluarkan kertas selembar untuk ulangan !”
SS         : “Waah” ( menyatakan ketidak siapan mereka)
Sita       : “Kok ulangan pa ? kita kan belum menghafal !”
Pak Budi   : “Untuk itu bapa kasih kalian waktu 10  menit untuk menghafal dan tugas kemarin . ayo kumpulkan cepat !”
SS         : “Iihhh … “(menggerutu) !
Siswa siswi pun mulai sibuk menghafal dan mencoba memasukan rumus rumus fisika sebanyak mungkin ke kepala mereka. Namun disudut kelas, Ana dan Sita bukan sibuk untuk menghafal , mereka sibuk dengan urusan mereka sendiri yaitu menuliskan rumus rumus fisika tersebut di tangan, di meja dan di kertas kecil sebagai catatan kecil penyelamat ulangan nanti. Wiwi menghampiri mereka dan kemudian


Adegan 4:
Wiwi      : “Sit , an .. sedang apa kalian ?”
Sita         : “Apa sih kamu, mau tau aja urusan kita berdua . Mending sekarang kamu ngapalin materi ulangan deh . Terus tar pas ulangannya kasih tau aku ! Aan awas kalo aku nanya , tapi kamu ga ngasih tau !”
Ani         : “Ia nih, pokonya kalo kita kita nanya . Kamu harus kasih kertas jawabannya . Udah deh , sekarang sana pergi ..”
Wiwi      : “An , sit .. lebih baik kamu menghafal sekrang. Mumpung masih ada waktu.  Pak Budi pasti marah besar jika tau kalian menjawab soal dengan cara seperti ini .”
Ana        : “Pak Budi ga akan tau kalo kamu ga ngomong soal ini. Jadi lebih baik kamu diam, duduk di kursimu dan doakan kita agar bisa mengerjakan soal soal nanti .. pergi sana !” (sambil mendorong wiwi menjauhi bangku mereka)

Babak 3 :
Adegan 5
Pak Budi pun datang namun terlambat, agak aneh rasanya melihat Pak Budi terlambat seperti itu. Namun setelah soal dibagikan, perasaan aneh dari siswa siswi yang memperhatikan,teralihkan kepada soal soal ulangan yang harus mereka jawab.
Pak budi          : “Waktu kalian habis, kosongkan meja dan keluarkan kertas selembar, beri nama, kelas dan kerjakan masing masing !”
Semua berlomba  untuk memecahkan setiap soal dengan mengingat ngingat materi beserta rumus yang mereka hafalkan tadi .Kelas menjadi hening sejenak, namun baru setengah jam berlalu Sita dan Ana mulai berisik menyontek jawaban wiwi.
Ana                   : “ Wi liat jawaban kamu donk !”
Sita                   :”Mana cepet, sini aku liat !”
Pak budi          : “Ana, Sita ! kerjakan masing masing !”
Sita dan ana    : “Iya pak “
Ana                 : “No.2 apa isinya sit ?”
Sita                  :”Mana aku tau ! Eh, no.4 aku liat donk !”
Ana                 : “Belom, tanya wiwi gih !”
Sita                  :” Wi, pinjem kertas kamu !” ( sambil merebut lembar jawaban wiwi)
Pak budi          : “Kalian berdua ! ikut saya ke ruangan ! Dan yang lain kerjakan masing masing !” (  dengan ekspresi marah)
Ana dan sita    : “I ii ya pak !” (dengan suara terbata bata dan saling menyikut)
Mereka pun ikut dengan Pak Budi, ulangan terus berlanjut dengan pengawas pengganti dari guru piket. Bel pun berbunyi, lembar jawaban beserta soal test pun dikumpulkan.Namun sita dan ana tetap belum kembali dari ruangan Pak Budi. Murid murid semakin heran dengan beberapa kejanggalan pada saat ulangan tadi. Namun karna bel pulang sudah berbunyi, perhatian mereka teralihkan dan merekapun bergegas keluar dari ruang kelas untuk pulang.
Rara     : “Wi hari ini aku mau ke toko buku, kamu mau ikut ga ? aku udah dijemput sama Mang Ending nih ! Setelah dari toko buku , kita makan dulu . Biar aku yang traktir deh ! Kan udah lama juga kita ga keluar bareng .”
Wiwi   ; “Aduh ra , kapan kapan lagi aja ya . Abangku ada dirumah , beasiswa kuliahnya terancam diberhentikan dan dia sedang kebingungan . Jadi aku harus temani dia dirumah , maaf ya !”
Rara     :” Wah ? Abang kamu kan sebentar lagi skripsi, sayang kalau berhenti dengan cara seperti itu. Kasihan sekali dia, sampaikan salam ku untuk abangmu ya wi . Semoga beasiswanya tidak jadi dicabut. Ehm, Ya udah deh ! Aku pergi ya , kasian Mang Ending udah nunggu dari tadi .”
Wiwi pun seperti biasa hanya tersenyum dan melambaikan tangannya kepada Rara, ia kemudian mengambil gorengan yang tidak habis terjual. Sesampainya di dekat ujung koridor kelas tiga, ia melihat dua sosok anak perempuan sedang membersihkan lantai koridor. Kedua sosok perempuan itu sudah tak asing lagi bagi wiwi. Awalnya wiwi mengira kedua sosok itu adalah petugas kebersihan sekolah tapi ternyata …

Adegan 6
Wiwi         : “Sita ? Ana ? Kalian …”
Sita            : “Ini dia biang kerok nya, dasar tukang ngadu ! Baru jadi tukang gorengan aja udah belagu minta ampun !”
Wiwi         :” Maksud kamu apa sit ?”
Ana           : “Halah mentang mentang anak kesayangan Pak Budi! Gara gara kamu, kita berdua dihukum ngepel lantai koridor ini ! Dasar yatim piatu ! Makan nih gorengan ! (ana melemparkan wadah gorengan wiwi)  Yu ah sit !”
Mereka pun pergi meninggalkan Wiwi dengan gorengan yang berantakan , Wiwi begitu sedih sehingga ia pun meneteskan air mata.
Wiwi         : “Ya tuhanku , jika memang hamba-Mu ini yang bersalah . Kuatkanlah hamba .Namun bila hamba-Mu ini masih berada di jalan yang lurus . Bukakan lah hati mereka dan sembuhkanlah rasa sakit di hati hamba ini . Maafkanlah mereka dan ampunilah hamba …”
Terisak dalam tangisannya , ia mengumpulkan sisa sisa gorengan dan lekas pulang dengan perasaan tak menentu.

Babak 4 :
Adegan 7
Dua hari telah berlalu , tragedi gorengan itu sudah menyebar ke seluruh penjuru sekolah . Wiwi yang malang menghilang bagaikan daun yang terhempas angin. Begitu juga dengan Rara, sahabat tersayang Wiwi yang lenyap tanpa kabar. Tak seorangpun mengetahui penyebab ketidak hadiran mereka berdua. Namun kemudian ...
Pak budi : “Pagi anak anak , hari ini kita akan belajar mengenai gesekan antar benda. Namun sebelumnya, siapa yang tidak hadir ?
SS           : “Rara dan Wiwi pak ...
Pak budi          : “Oh ia , sekedar informasi untuk kalian . Rara sudah mengurus kepindahan nya ke jerman. Dan Wiwi telah mengundurkan diri dari sekolah. Untuk itu, tahun ini kalian akan kehilangan dua sahabat baik.
Ana        : “Wiwi kenapa mengundurkan diri pak ? (dengan merasa bersalah)
Pa budi   : “Wiwi mengamanatkan kepada bapak untuk merahasiakan alasan kemundurannya. Ehm, Sudah sudah, sekarang kita kembali ke materi fisika ! buka buku kalian!
Sita         : Na , gmana ni ? Apa jangan jangan gara gara tragedy gorengan itu ? Aku jadi nggak enak ni
 Ana       : “Ya udahlah , tar kita pikirin lagi . Pak Budi ngeliatin terus tuh ! Bisa bisa kita kena marah lagi . Buka buku nya cepet !
Ana dan Sita merasa bersalah akan menghilangnya Wiwi dari sekolah, dan mereka juga tidak mengerti akan kepindahan Rara yang mendadak itu. Mereka mencari cari alamat Wiwi namun ternyata Wiwi sudah pindah ke rumah neneknya.

Babak 5
Adegan 8
5 tahun kemudian, Ana menjadi psikolog muda ternama di salah satu rumah sakit ternama , dan Sita masih melanjutkan sekolahnya di jurusan kedokteran . Mereka selama ini hidup dengan rasa bersalah yang mengakar terhadap wiwi. Meskipun tahun demi tahun telah berlalu, namun mereka tetap berusaha mencari wiwi untuk meminta maaf. Pada suatu hari, saat Ana dan Sita sedang makan siang di suatu restoran tenama ...
Rara        : “Ana ya ?”
Ana        : “Ehmmm ... Rara ya ? Kamu kemana aja ? Kita udah lama nyari kamu sama wiwi . Kamu ko pindah ngedadak banget sih ? Katanya pindah ke jerman ya ? Oh maaf, silahkan sini duduk dulu ...
Rara        : “Ia, maaf aku pindah ngedadak kaya gitu.Ayahku dipindah tugaskan ke jerman jadi mau ga mau ya aku harus ikut mereka. Kalian gimana kabarnya ? Sehat ?
Sita         : “Baik ko , tapi semenjak kamu pindah, Wiwi juga mengundurkan diri dari sekolah .  Kayanya sih gara gara tragedi gorengan itu deh. Ehm, selama ini kita ngerasa bersalah banget sama Wiwi , udah nyoba nyari dia ke rumahnya tapi tetangganya bilang kalo Wiwi udah pindah ke rumah neneknya . Tadinya sih mau nyari ke rumah neneknya tapi mau nanya ke siapa, kamunya juga ngilang. Jadi sampai saat ini kita ga ketemu sama Wiwi deh
Rara        : “Ehm, sebenarnya ada yang mau aku kasih tau sama kalian . Waktu ulangan dulu, yang ngasih tau Pak Budi tentang kalian curang itu adalah aku .
Sita dan ana : “Apa ? Kamu !
Rara        : “Ia maaf ya . Aku ga terima aja kalo kalian nanti dapet nilai bagus dengan cara seperti itu . Aku tau, harusnya aku mempertimbangkan lagi perasaan kalian berdua. Maafin aku ya ?
Sita         : “Ia udah, sebenernya hal ini ga akan kejadian kalo misalnya aku sama Ana ga curang kaya gitu. Aku maafin kamu ko. Dan mungkin sekarang kita harus cari Wiwi, aku mau minta maaf sama dia.
Ana        : “Ia aku juga ngerasa bersalah banget sama Wiwi, mana dulu aku ngebantingin gorengan gorengannya dia lagi. Gorengan gorengan itu kan harapan kehidupannya Wiwi. Ya ampuunn ...
Rara        : “Ia na , Wiwi pernah bilang sama aku kalo disetiap gorengan yang ia bikin itu pake bumbu harapan keluarganya. Ia berharap supaya ia dan kakaknya bisa terus bertahan hidup. Hasil gorengannya itu ia gunakan untuk kebutuhan sehari hari, kalian tau kan kalo wiwi itu anak yatim piatu. Eh sit kamu bilang dia di rumah neneknya ya ? Rumah nenenya kan di Bandung”.
Sita         : Ia ra, aku jadi making ga enak nih. Oh ternyata rumah neneknya di bangung ya.Ehmm mending sekarang kita ke rumah neneknya di Bandung ? gimana ?
Ana        : “Jangan sekarang deh, aku ada acara keluarga nih, gimana kalo besok aja ?
Rara        : Gimana kalo besok jam 8 pagi aku tunggu kalian di bundaran dekat sekolah kita dulu ?
Sita         : “Baiklah , besok jangan lupa ya jam 8
Rara      : “Sip ! Ehmm , kaya nya aku harus duluan nih , udah telat mau nganter mama!
Sita         : Ia gpp ati ati ya ra !
Rara        : “Ya. Jangan lupa besok ya !

Adegan 9
Dengan perasaan yang sedikit lega , Rara meninggalkan Sita dan Ana. Keesokan harinya, Ana dan Sita sudah menunggu di pertigaan dekat sekolah.
Rara           : “Sit , na , maaf ya telat !
Sita            :” Ia gapapa , gimana kalo langsung pergi aja ?”
 Ana          : “Ia, langsung aja deh biar ga terlalu sore.
Merekapun pergi ke Bandung. Sesampainya disana, mereka melihat rumah tua berjendela besar berasitektur belanda. Kemudian, mereka menemukan seorang perempuan sedang menghitung sesuatu yang ada di dalam wadahnya.

Adegan 10
Rara         : Wiwi ?
Wiwi        : “Ehm Rara, Sita, Ana ! Kalian ngapain ? Ayo masuk ! (sambil berjalan menuju ruang tamu)
Sita          : “Wi, kami datang ke sini karna mau meminta maaf kepadamu.
Wiwi        : “Minta maaf tentang apa ?
Ana     : “Minta maaf karna kelakuan kami dulu keterlaluan sama kamu. Kami minta maaf ya wi ...


Wiwi        : Ya ampuunn, tentang tragedi gorengan di dekat toilet itu ? Aku sudah melupakannya na, sudahlah aku dulu berhenti sekolah karna beasiswa abangku dicabut dan aku ta punya uang untuk meneruskan sekolah. Aku harus membantu abang untuk berjualan dan beginilah hidupku .. Sudahlah sudah jangan kalian fikirkan itu lagi.
Sita          : “Tapi tetap saja aku merasa tidak enak, selama 5 tahun ini kami mencari cari keberadaanmu. Dan kami hidup dengan perasaan bersalah, kami benar benar tidak enak kepadamu”
Wiwi        : “Sudah sita, aku sudah memaafkan kalian. Dan mulai sekarang kalian tidak perlu merasa bersalah lagi .
Sita          : “Terima kasih ya wi ...
Dengan berlinangan air mata, mereka saling meminta maaf satu sama lain. Mereka melepaskan rasa bersalah dan kemudian saling bernostalgia.

Epilog
Hari itu, semua orang begitu bergembira. Meskipun air mata mengantarkan pertemuan mereka berempat, namun hal itu tidak menghilangkan rasa kelegaan dari masing masing hati yang merasa bersalah. Wiwi tetap dan semakin semangat membangun kehidupannya lagi. Ana bekerja dengan hati yang lebih tenang. Sita telah lulus dan menjadi dokter spesialis muda ternama. Dan kemudian Rara, kini Rara menjadi seorang arsitektur muda dan kembali tinggal di Indonesia. Kejadian itu membuat mereka menjungjung tinggi nilai nilai persahabatan. Mereka percaya, bahwa sahabat itu adalah hal terindah dan tertulus yang bisa membuat mereka lebih peka terhadap penderitaan orang lain.

  
Kelompok 3
Ayuninda Agusandra     : Penulis Naskah dan Sutradara
Devi Aditya P                : Penata Musik
Dinda Priatni S              : Narator
Dewi Fajar Kharisma     : Tokoh Wiwi
Nurlita Oktavia              : Tokoh Rara
Raisa Ayumi                  : Tokoh Sita
Rimadhani Purnama       : Tokoh Ana
Gilang Yanuar                : Tokoh Pak Budi